Islam adalah Solusi

0

Posted by Ria Olive Regina | Posted in | Posted on 10.11





“Sighoh Allah. Dan siapakan yang lebih baik shibghonya daripada Allah? Dan kepada Allahlah kami menyembah”
(QS 2:38)
Sebagai seorang muslim, kita harus meyakini bahwa syariat Islamlah yang memiliki kebenaran mutlak. Kemudian bersamaan dengan itu, kita juga harus memahami ketidakteraturan dan kegagalan yang diderita oleh masyarakat yang menggunakan undang-undang produk manusia di seluruh dunia ini. Kapitalisme, demokratisme dan liberalisme maupun sosialisme dan komunismen. Karena itu semua adalah produk manusia dengan segala keterbatasan, kelemahan dan temporal.

Di bidang kemasyarakatan, haluan kiri dan kanan telah gagal memberikan jaminan kebahagiaan, ketenteraman dan ketenangan kepada umat manusia. Bahkan sebaliknya, ia telah menyebabkan kesengsaraan manusia. Ikatan kekeluargaan, kemasyarakatan menjadi rusak karenanya. Akhlak menjadi bejat. Norma dan kehormatan menjadi hilang. Stress dan depresi datang menggantikan ketenangan dan ketenteraman. Egoisme dan cinta diri sendiri muncul menggantikan kegotong-royongan. Sifat itsar (mementingkan orang lain) dan cinta kasih sesama menjadi sifat individual.

Di bidang ekonomi, teori-teori kapitalisme dan sosialisme tidak mempu mewujudkan sorga impian negara sejahtera. Konsep masyarakat yang adil dan makmur yang digembar-gemborkan hanya sebatas slogan belaka. Dibawah naungan kedua tatanan itu, muncul problematika perang antar kelas, kesewenang-wenangan sosial, monopoli, penimbunan kekayaan, kemiskinan, pengangguran dan problematika lainnya.
Monopoli, suap-menyuap, kesewenang-wenangan, penindasan, pembantaian, pemberontakan, dan pembunuhan menjadi karakteristik semua sistem tersebut.

Di bidang militer, semua tatanan itu bertanggung jawab atas ketidakpedulian manusia terhadap problem kemanusiaan. Problematika masyarakat muslim yang tidak kunjung selesai seperti di Kasmir, Eritrea, Philipina, paska perang Irak dan negara lainnya. Masalah paling utama adalah Palestina, yang terus berada di dalam jajahan Israel tetapi tidak ada negara yang peduli.

Palestina berada di tangan penduduknya yang muslim sejak zaman Umar Bin Khattab sebagai khalifah yang pertama hingga tahun 1920 M. Sekali dikuasai oleh pasukan salib (nasrani) pada tahun 492 H dan pada tahun 583 H yang diakhiri dengan Palestina direbut kembali oleh Solahudin Al Ayyubi. Jadi pasukan salib menguasai Palestina selama 91 tahun. Sementara Palestina di pangkuan Islam selama 1.249 tahun. Maka sudah semestinya yang berhak menjadi pewaris bumi Paletina adalah umat Islam. Sudah 87 tahun Palesina lepas dari genggaman umat Islam. Siapa lagi yang akan membebaskan .....?

Jalan penyelesaian semua permasalahan itu adalah dengan Islam. Kita harus yakin bahwa hari esok adalah milik Islam. Islam adalah dari Allah yang menjadikan Din ini paling layak dan paling mampu mengatur seluruh aspek kehidupan dan memimpin serta membimbing umat manusia.

Islamlah manhaj (metode atau sistim hidup) tunggal yang sesuai dengan kebutuhan fithroh manusia yang menyelaraskan antara kebutuhan rohani dan tuntutan jasmaninya. Sebagaimana firman Allah surat Al Mulk:14 yaitu:

“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan, dan Dia maha halus lagi maha mengetahui.”

Karena Islam bersifat robbaniyah maka ia merupakan pewarnaan (shibghoh) yang mampu menjadikan pemimpin atas manhaj-manhaj produk manusia. Islam memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh manhaj lain, yaitu berupa kelestariannya sepanjang zaman dan keberlakuannya dimana saja.

Manhaj Islam bersifat mendunia (alamiyah). Ia merupakan pemberi warna cerah bagi kemanusiaan, pemberi warna keterbukaan dan kemampuan untuk mengusung tanggung jawab keterbukaan ini. Islam merupakan shibghoh yang tidak mengenal batas teritorial, asal keturunan, nasionalisme, kebangsaan dan darah.

Manhaj Islam bersifat fleksibel, karena mencakup seluruh aspek problematikan kehidupan yang senantiasa baru dan beragam. Ia merupakan shibghoh yang membuka luas kesempatan untuk menginterpretasikan hukum-hukum yang tidak ada dalil (nash) dengan jalah ijtihad dan qiyas. Islam membawa pemikiran intelektual modern dan progresif ke arah kemajuan.

Manhaj Islam bersifat integral (syumuliyah). Hal ini yang membedakan antara manhaj Islam dengan manhaj-manhaj dan aturan-aturan produk mansuia yang memiliki tujuan terbatas. Manhaj Islam bersumber dari yang Maha Mengetahui dan Maha Pintar yaitu Allah SWT yang mengetahui segala problematika manusia, apa saja yang menjadi kebutuhannya, apa saja yang baik baginya dan apa saja yang bermanfat dan membahayakannya serta apa saja yang membuat manusia menjadi bahagia atau sengsara.

Oleh karena itu, hanyalah dengan islam sebagai solusi dalam permasalahan hidup di dunia ini. Islam adalah manhaj yang sanggup menutupi seluruh kebutuhan hidup manusia baik yang bersifat individual maupun komunal. Baik yang menyangkut hukum maupun pendoman hidup. Baik yang bersifat intermanl maupun eksternal.
Sighoh Allah. Dan siapakan yang lebih baik shibghohnya daripada Allah? Dan kepada Allahlah kami menyembah”
(QS 2:38)

MENGGAPAI KEMULIAAN ISLAM DENGAN ILMU

0

Posted by Ria Olive Regina | Posted in | Posted on 09.53

MENGGAPAI KEMULIAAN ISLAM DENGAN ILMU

Penulis : Ust Abdussalam -hafizhahullah-
Kemuliaan adalah suatu kedudukan terhormat yang selalu didambakan oleh setiap orang dalam menjaga kewibawaan dan harga diri seseorang, sehingga orang tersebut menyangka bahwa dirinya akan selalu dihormati dan disegani oleh suatu kaum karena kemuliaan dan kewibawaannya. Dan dari sini kita perhatikan bahwa setiap orang merasa dituntut dan berkepentingan untuk mendapat kemuliaan dengan berbagai macam cara.
Ada sebagian diantara mereka yang menempuh cara dengan melakukan pendekatan secara spiritual, dia ingin selalu tampil sebagai orang yang ditokohkan dalam setiap kegiatan peribadatan dan upacara-upacara adat agar dikatakan sebagai orang yang suci dan dimuliakan oleh pengikutnya. Dan sebagian diantara mereka ada yang menempuh dengan pendekatan secara politik dengan menampilkan diri sebagai figur dan tokoh yang ahli dalam membidangi masalah yang terkait dengan pengaturan tata kenegaraan suatu Negara, dan hal ini dimaksudkan agar dirinya mendapat posisi penting dalam suatu jabatan yang akan disegani oleh pandangan suatu kaum. Dan sebagian diantara mereka ada yang menempuh dengan cara usaha mengadakan perbaikan dan pembenahan status perekonomian yang terkadang usaha tersebut diiringi dengan persaingan yang tidak sehat terhadap lawan bisnisnya karena dia melihat bahwa harta itu bisa mengangkat dirinya pada tingkat yang mulia. Dan terkadang seseorang mencari kemuliaan itu dengan cara menonjolkan kefanatikan terhadap sesuatu yang dibanggakan dari keistimewaan yang ada pada kelompok atau suku tertentu, yang terkadang mereka akan tersinggung dan merasa jatuh kemuliaan dan kewibawaannya bila sifat yang diistimewakan oleh mereka itu dibicarakan , bahkan mereka akan pertaruhkan nyawa demi mengembalikan kewibawaan kelompok tersebut. Dan sebagian diantara mereka ada yang mencari kemuliaan dengan ilmu agama yang Allah U berikan padanya, namun karena kurang ketakwaan kepada Allah U sehingga hal ini akan merusakkan niat yang ada dalam hatinya, hal ini biasanya menimpa pada orang yang diberi sedikit ilmu oleh Allah r lalu dia ingin selalu berpenampilan sebagai orang yang mampu untuk berbicara masalah agama dan urusan kemaslahatan umat, bahkan sekali waktu dalam ceramahnya dia berani menampilkan statment yang menghujat Al-Haq  dan Ahlul Haq dari para da’i dan ulama yang mengajak kepada kebenaran, disebabkan karena dia ini tidak mau kehilangan pengikut dan direndahkan dirinya.
Begitulah cara manusia dalam mencapai kemuliaan, akan tetapi siapa orang yang mencari kemuliaan selain yang ditunjukkan oleh Islam maka dirinya akan dihinakan oleh Allah U sebagaimana dikatakan oleh Umar bin Khathtabt: “Sungguh Allah telah memuliakan kita dengan Islam, maka barang siapa yang mencari kemuliaan dengan ajaran yang lainnya niscaya Allah akan menghinakannya”, dan Umar t pernah mengatakan juga: “Sesungguhnya kita suatu kaum yang hina, lalu Allah memuliakan kita dengan agama ini, maka barang siapa yang mencari kemuliaan pada selain agama ini niscaya Allah akan menghinakannya”.
Dan kemuliaan itu sebenarnya hanya milik Allah, Rasul dan orang yang beriman, sebagaimana firman Allah  U:
وَ لِلّهِ الْعِزَّةُ وَ لِرَسُوْلِهِ وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin” (Al-Munafiqun: 8).
Imam Al-Baghawi menafsirkan: “Kemuliaan  Allah adalah Allah telah menaklukkan makhluk-Nya, kemuliaan Nabi adalah ditampakkannya agama Nabi di muka bumi dengan dimenangkannya di atas seluruh agama yang lainnya, kemuliaan seorang mukmin adalah pertolongan Allah kepada orang-orang mukmin dalam menghadapi orang-orang kafir” (tafsir Al-Baghawi).
Jadi hamba yang beriman kepada Allah itu dirinya akan dimuliakan oleh Allah dan tidak akan merasa hina dan sedih dengan rendahnya dunia yang ada dihadapannya, setelah mereka dimuliakan oleh Allah U dengan hakikat kebenaran yang ada pada mereka, Allah U berfirman:
وَ لاَ تَهِنُوْا وَ لاَ تَحْزَنُوْا وَ أَنْتُمُ اْلأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (Ali ‘Imran: 139)
Telah diriwayatkan dari Umar bin Khaththab t, bahwa beliau pernah datang ke Syam lalu nampak padanya sungai besar dan beliau mau menyeberangi, lalu beliau turun dari ontanya dan beliau cabut kedua sepatunya dan dipegangnya, lalu beliau menyeberangi sungai tersebut dengan ontanya, maka Abu Ubaidah t berkata padanya: “Sungguh engkau sekarang ini telah melakukan pekerjaan yang sangat besar dihadapan penduduk bumi”, lalu Umar menepuk dadanya dan berkata: “Aduhai sekiranya yang mengatakan ini bukan engkau wahai Abu Ubaidah, kalian dulu orang yang paling hina dan rendah, lalu Allah muliakan kalian dengan Rasul-Nya, maka bagaimanapun yang kalian cari kemuliaan selain beliau niscaya Allah akan menghinakan kalian..”. Dalam riwayat lain: Tatkala Umar datang ke Syam disambut oleh manusia sedang beliau di atas ontanya, maka ada yang mengatakan: “Duhai kalau sekiranya engkau pakai kuda yang gagah niscaya para pembesar mereka akan menyambutnya”, maka Umar berkata: “Aku tidak ingin lihat kalian di sini, tapi semua urusan itu datang dari sana”, beliau mengisyaratkan ke langit dan berkata: “Biarkan ontaku berjalan..”.
Begitulah pandangan para sahabat- sahabat Nabi r, mereka melihat suatu kemuliaan itu bisa dicapai dengan mengikuti sunnah Nabi r, dan siapa saja yang tidak mengikuti beliau maka akan dihinakan-Nya, sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi r:
وَ جُعِلَ الذُّلُّ وَ الصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي
“Dijadikan kehinaan dan kerendahan itu pada orang-orang yang menyelisihi perintahku”. (HR. Thabrani, dishahihkan oleh Al-Albani)
Dan dalam pembahasan ini kami ingin menyampaikan dalam topik pembahasan, yang pertama: Sebab-sebab umat Islam kehilangan kemuliannya, dan yang kedua: Kiat-kiat untuk menggapai kemuliaan kembali.
I. Sebab umat kehilangan kemuliannya
1)    Minat untuk belajar ilmu agama sudah mulai berkurang di zaman sekarang ini.
2)    Para ulama banyak yang meninggal.
3)    Banyak orang yang berbicara agama dengan pemikirannya.
4)    Terjadi pencampur adukkan antara ajaran yang bukan dari Islam dengan syariat Islam.
5)    Keyakinan yang lemah terhadap ajaran Islam yang shahih.
6)    Tidak melaksanakan ketentuan hukum  Islam.
(Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al-Mu’allimi dalam muqaddimah kitab Fadhlush Shamad Syarh Adabul Mufrad).
7)    Terlalu berambisi dalam mengejar urusan dunia sampai menghalalkan segala hal yang diharamkan.
8)    Meninggalkan semangat perjuangan Islam dan tidak peduli dengan agamanya.
9)    Tidak ada kemauan untuk memperbaiki agama dengan mengikuti kembali ilmu yang diwariskan oleh Salafus Shalih.
10)              Kualitas umat telah menurun, baik aqidah, ibadah, manhaj dan perkara  lainnya dalam agama Islam.
11)              Umat Islam tidak berdaya menghadapi makar musuhnya dalam perang urat syaraf, sehingga harus tunduk dengan mengikuti pemikiran kafir baik secara ideology, peradaban dan kebudayaan.
12)              Umat Islam tidak ada keberanian dalam menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, karena mereka telah dihantui adanya rasa takut mati.
Inilah beberapa hal yang menyebabkan umat Islam jatuh kewibaannya dan hilang kemuliaannya, sebagaimana banyak disebutkan dalam beberapa hadits yang shahih serta perkataan ulama salaf .
Namun bukan berarti umat Islam ini sudah tidak ada kemampuan lagi untuk menggapai kemuliaan yang telah hilang.
II. Kiat-kiat untuk menggapai kemuliaan
Disini akan ditunjukkan kiat-kiat untuk meraih kembali kemuliaan kaum muslimin sebagaimana bimbingan para ulama Ahlus Sunnah.
Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Rasulullah r diatas bahwa:“Dijadikan kehinaan dan kerendahan itu pada orang yang telah menyelisihi perintahku”.
Dan beliau r juga bersabda: “(bahwa) Suatu kehinaan itu tidak akan dicabut oleh Allah sampai kalian kembali kepada agama kalian”.
Allah U berfirman:
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِي لاَ يُشْرِكُوْنَ بِي شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih di antara kamu bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”(An-Nur: 55)
Syaikh Abdullah bin Shalfiq Azh-Zhufairy menjelaskan ayat diatas:
“Maka setelah orang Arab membawa panji Islam baik secara ilmu, amal, keyakinan hati dan perubahan  yang nyata, maka Allah mengeluarkan manusia dari kegelapan hidup menuju kepada cahaya terang dengan sebab mereka (orang Arab tadi), dan mengeluarkan mereka dari kebodohan penyembahan keberhalaan dan kesyirikan menuju kepada tauhid, iman dan fitrah yang selamat, dan Allah menyelamatkan mereka dari perbudakan kepada sesama manusia, kezhaliman para thaghut (segala yang dipertuhankan selain Allah dan mereka senang), dan tindakan sewenang-wenang dari berbagai agama yang menyimpang menuju kepada kemerdakaan yang hakiki yakni hanya beribadah kepada Allah Tuhan manusia saja. Dimana manusia telah melihat pada mereka (orang Arab dari kalangan para shahabat Nabi)  ada ilmu yang benar, akhlak yang terpuji, amanah dan kebenaran kalimatulhaq.
Dan demikian inilah yang akan tetap melanggengkan kemuliaan, kedudukan dan kebahagiaan bagi orang-orang yang berpegang teguh dengan ajaran agama yang pernah dipegangi oleh generasi Islam yang pertama”.

Sebenarnya ISLAM adalah agama DAMAI

0

Posted by Ria Olive Regina | Posted in | Posted on 09.50

Sebenarnya ISLAM adalah agama DAMAI


1. Islam mengajarkan agar setiap manusia untuk saling kenal-mengenal.

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qur’an mulia 49:13)
2. Islam melarang untuk saling olok-mengolok.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan janganlah wanita-wanita mengolok-olok wanita lain boleh jadi wanita (yang diolok-olok) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-burk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak taubat maka mereka itulah orang yang zalim”. (Qur’an mulia 49:11).
3. Islam mengajarkan agar berlaku baik terhadap non muslim.

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Noble Verse 60:8-9)

4. Islam melarang memerangi, membunuh orang non muslim yang tidak memerangi kita.

“Tetapi jika mereka membiarkan kamu dan tidak memerangimu serta mengemukakan perdamaian kepadamu, maka Allah tidak memberi jalan kepadamu (untuk memerangi) mereka”. (Noble Verse 4:90)
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Noble Verse 8:61)
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memafkaan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena dia membalas suatu kaum apa yang telah mereka kerjakan”. (Noble Verse 45:14)
“Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa memelihara seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya”. (Noble Verse 5:32)
“Bagaimana bisa ada perjanjian aman dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) didekat Masjidil Haram? Maka selama mereka berlaku lurus kepadamu, hendaknya kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (Noble Verse 9:7)
5. Islam memerintahkan melindungi non muslim yang minta perlindungan.
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. [Noble Qur'an 9:6]
6. Islam melarang memaksakan agamanya pada orang non muslim.
“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam”. (Noble Qur’an 2:225)
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah:”Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang ummi:”Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Noble Qur’an 3:20)

7. Islam menganjurkan agar kalau berdebat dengan ahli kitab, dengan jalan yang paling baik.
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”. [Noble Qur'an 29:46].
8. Islam menganjurkan menghormati milik orang lain dan melarang menggangunya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta ijin dan memberi salam kepada penghuninya, Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (Noble Verses 24:27-28
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Noble Qur’an 4:29)
9. Islam mengajarkan agar kita berlaku adil terhadap non Muslim.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” [Noble Qur’an 60:8]
Maka, dapat diketahui bahwa Allah menyukai dan mencintai kaum muslimin yang berbuat baik dan berlaku adil terhadap non-muslim, selama syarat-syarat di atas dipelihara.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah! karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [5:8]
Walaupun ada rasa benci terhadap suatu kaum, itu tidak boleh dijadikan alasan bagi umat Islam untuk semena-mena/tidak adil terhadap kaum tersebut. Misal, seorang hakim memutuskan sebuah perkara untuk kemenangan seorang muslim terhadap seorang non-muslim, padahal bukti-bukti menunjukkan sebaliknya, maka ini adalah bentuk pelanggaran yang besar, karena peringatannya cukup keras, “janganlah sekali-kali”.
“Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk melawan mereka.” [Noble Qur’an 4:90]
Maka, tidak ada jalan (alasan) bagi seorang muslim untuk melawan seorang non-muslim, jika dia tidak terbukti turut memerangi kaum muslimin, dan sudah jelas menyatakan perdamaiannya dengan kaum muslimin. Perlu diketahui bahwa, kaum muslimin diwajibkan untuk membenci karena Allah, dan mencintai karena Allah.
Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”. [Noble Qur’an 3:32]
Karena Allah tidak menyukainya, maka kaum muslimin wajib membencinya. Tapi sesuai dengan ayat sebelumnya, kebencian tidak boleh menyebabkan kaum muslimin berbuat semena-mena.
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, …” [Noble Qur’an 4:148]
Maka wajib bagi kaum muslimin untuk bertutur kata yang baik, dan membenci mereka yang bertutur kata buruk. Tapi kebencian kita terhadap mereka tidak boleh menyebabkan kaum muslimin berbuat semena-mena, karena:
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” [Noble Qur’an 73:10]
Begitulah aturan yang mengikat kami kaum muslimin terhadap orang non Muslim dan yang lainnya. Sementara, hukuman di akhir bagi mereka yang kufur dan wafat dalam keadaan demikian, maka Allah telah menjelaskan:
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapati laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh.” [Noble Qur’an 2:161-162]
10. Islam melarang umatnya untuk memaki-maki sembahan orang non muslim.
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. [Noble Qur’an 6:108].

11. Islam menganjurkan umatnya untuk memerangi non muslim yang memerangi umat Islam.
Islam adalah agama yang realistis dan fleksibel. Jika kaum non muslim mau hidup damai berdampingan dengan umat Islam, maka umat Islam tidak ada jalan (dilarang) memerangi mereka. Tetapi jika kaum kafir itu memerangi kita umat Islam maka wajib umat Islam untuk mengangkat senjata memerangi mereka. Dalam memerangi kaum kafirpun tidak boleh melampau batas.
190. Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
191. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.
192. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (haram bagi kami untuk memeranginya)
193. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. [Noble Qur’an 190-193].
Sungguh indah hukum diatas. Jika mereka memerangi kita maka perangi mereka tapi jangan melampaui batas. Jika mereka berhenti memerangi kita maka tidak ada peperangan lagi. Solusi yang sama-sama enak dikedua belah pihak. Jika mereka, kaum kafir, mengemukakan perdamaian maka wajib umat Islam untuk menerimanya, meskipun dalam hati kaum kafir hanya untuk menipu kaum muslim.
61. Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
62. Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu’min,
63. dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman) . Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.
64. Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mu’min yang mengikutimu.
65. Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu’min untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. [Noble Qur’an 8 : 61-65].
Dalam peperangan umat Islam dilarang untuk membunuh anak-anak dan perempuan.
Diriwayatkan daripada Abdullah bin Umar r.a:
Sesungguhnya pernah terdapat seorang wanita terbunuh dalam satu peperangan yang diikuti oleh Rasulullah s.a.w. Lalu Rasulullah s.a.w mengutuk daripada membunuh wanita dan kanak-kanak [Sahih Bukhari juz 4 no 257].
Dalam memperlakukan tawanan perang pun harus dengan cara yang baik.
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. [Noble Qur’an 76 : 8].
Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, MAKA LINDUNGILAH IA supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian ANTARKANLAH IA KE TEMPAT YANG AMAN BAGINYA. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. [Noble Qur’an 9:6].
Rasulullah saw bersabda:
Diriwayatkan oleh Abu Musa ra:
Nabi saw bersabda: “Bebaskanlah para tawanan, beri makan mereka yang lapar dan kunjungilah orang yang sakit.” [Sahih Bukhari juz 4 no 282].